Thursday, November 13, 2014

CATATAN ABAH

Puisi ABAH


PUISI GUS MUS


==========================================================
Oleh KH. Dr. Ahmad Mustofa Bisri

Kondisi yang dilaporkan kawan saya itu bukanlah satu- satunya laporan yang saya terima. Ya, akhir-akhir ini sikap
perilaku keberagamaan yang keras model zaman Jahiliyah semakin merebak. Hujjah-nya, tidak tanggung-tanggung
seperti membela Islam, menegakkan syariat, amar makruf nahi munkar, memurnikan agama, dsb.
Cirinya yang menonjol :
sikap merasa benar sendiri dan karenanya bila bicara suka menghina dan melecehkan mereka yang tidak sepaham. Suka
memaksa dan bertindak keras dan kasar kepada golongan lain yang mereka anggap sesat. Seandainya kita tidak melihat mereka berpakaian Arab dan sering meneriakkan “Allahu Akbar!”, kita sulit mengatakan mereka itu orang-orang Islam.
Apalagi bila kita sudah mengenal pemimpin tertinggi dan panutan kaum muslimin, Nabi Muhmmad SAW.
Seperti kita ketahui, Nabi kita yang diutus Allah menyampaikan firman-Nya kepada hamba-hamba-Nya, adalah contoh
manusia paling manusia. Manusia yang mengerti manusia dan memanusiakan manusia. Rasulullah SAW seperti bisa dengan
mudah kita kenal melalui sirah dan sejarah kehidupannya, adalah pribadi yang sangat lembut, ramah dan menarik. Diam
dan bicaranya menyejukkan dan menyenangkan. Beliau tidak
pernah bertindak atau berbicara kasar.
ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺳﺒﺎﺑﺎ ﻭﻻ ﻟﻤﺎﻣﺎ ﻭﻻ ﻓﺎﺣﺸﺎ
Sahabat Anas r.a yang lama melayani Rasulullah SAW, seperti
diriwayatkan imam Bukhari, menuturkan bahwa Rasulullah
SAW bukanlah pencaci, bukan orang yang suka mencela, dan bukan orang yang kasar.
ﻭﺭﻭﻯ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺭﺳﻮﻝ
ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺎﺣﺸﺎ ﻭﻻ ﻣﺘﻔﺎﺣﺸﺎ ﻭﻻ ﺻﺨﺎﺑﺎ ﻓﻲ ﺍﻷﺳﻮﺍﻕ
Sementara menurut riwayat Imam Turmudzi, dari sahabat Abu Hurairah r.a: Rasulullah SAW pribadinya tidak kasar, tidak keji,
dan tidak suka berteriak-teriak di pasar.
Ini sesuai dengan firman Allah sendiri kepada Rasulullah SAW di Q. 3: 159,
“Fabima rahmatin minallaahi linta lahum walau
kunta fazhzhan ghaliizhalqalbi lanfadhdhuu min haulika …” ,
Maka disebabkan rahmat dari Alllah, kamu lemah lembut kepada mereka. Seandainya kamu berperangai keras berhati
kasar, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…”
Jadi, kita tidak bisa mengerti bila ada umat Nabi Muhammad SAW, berlaku kasar, keras dan kejam. Ataukah mereka tidak
mengenal pemimpin agung mereka yang begitu berbudi, lemah- lembut dan menyenangkan; atau mereka mempunyai
panutan lain dengan doktrin lain.
Atau mungkin sikap mereka yang demikian itu merupakan reaksi belaka dari kezaliman Amerika dan Yahudi/Israel. Kalau
memang ya, bukankah kitab suci kita al-Quran sudah mewanti-wanti, berpesan dengan sangat agar kita tidak
terseret oleh kebencian kita kepada suatu kaum untuk berlaku tidak adil.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penegak-penegak kebenaran karena Allah (bukan karena yang
lain-lain!), menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali- kali kebencian kalian terhadap suatu kaum mendorong kalian
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah
Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Baca Q. 5: 9).
Hampir semua orang Islam mengetahui bahwa Rasulullah SAW diutus utamanya untuk menyempurnakan budi pekerti. Karena
itu, Rasulullah SAW sendiri budi pekertinya sangat luhur (Q. 68: 4).
Mencontohkan dan mengajarkan keluhuran budi. Sehingga semua orang tertarik . Ini sekaligus merupakan
pelaksanaan perintah Allah untuk berdakwah. Berdakwah adalah menarik orang bukan membuat orang lari. (Baca lagi Q. 3: 159!).
Bagaimana orang tertarik dengan agama yang dai- dainya sangar dan bertindak kasar tidak berbudi?
Melihat perilaku mereka yang bicara kasar dan tengik, bertindak brutal sewenang-wenang sambil membawa-bawa
simbol-simbol Islam, saya kadang-kadang curiga, jangan- jangan mereka ini antek-antek Yahudi yang ditugasi
mencemarkan agama Islam dengan berkedok Islam. Kalau tidak, bagaimana ada orang Islam, apalagi sudah dipanggil
ustadz, begitu bodoh: tidak bisa membedakan antara dakwah yang mengajak orang dengan menakut-nakuti yang membuat
orang lari. Bagaimana mengajak orang mengikuti Rasulullah
SAW dengan sikap dan kelakuan yang berlawanan dengan sikap dan perilaku Rasulullah SAW?

No comments:

Post a Comment